Selasa, 21 November 2017

AKULTURASI BUDAYA JAWA DENGAN BANGUNAN MASJID KAUMAN SRAGEN


AKULTURASI BUDAYA JAWA DENGAN BANGUNAN MASJID KAUMAN SRAGEN

PENDAHULUAN

  1. TUJUAN
Adapun tujuan tulisan yang saya buat ini yaitu sebagai berikut :
  1. Untuk mendiskripsikan tentang keunikan Masjid Besar Kauman Sragen.
  2. Untuk mengetahui apa saja kegiatan yang diselenggarakan Masjid Besar Kauman Sragen
  1. KEUNIKAN
Adapun keunikan dari Masjid Besar Kauman Sragen ini yaitu arsitektur bangunan masjid. Bangunan yang telah berusia lebih dari lima puluh tahun diantaranya yaitu Mirhab, Mimbar, Tempat wudhu, Bedug dan kentungan, Umpak, Tiang/soko guru, Atap Tumpang dan makam. Masjid Kauman ini menggunakan arsitektur bangunan tipe joglo Jawa. Unsur Ornamen ukiran yang terdapat di Masjid Besar Kauman Sragen terdiri dari ukiran Lunglungan pada soko guru atau tiang bagian atas, ukiran Praba dan Saton pada Soko guru bagian bawah, ukiran Sulur-suluran pada Mimbar masjid.
  1. METODE
Adapun metode yang saya lakukan untuk mengetahui informasi yang ada pada Masjid Besar Kauman ini yaitu sebagai berikut :
  1. Pengamatan Langsung
Observasi yang saya lakukan ini di Masjid Besar Kauman Sragen yang lokasinya di dusun Kauman, Sragen wetan, Sragen. Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung tentang bentuk bangunan dan kegiatan yang diselenggarakan di Masjid Besar Kauman Sragen.
  1. Wawancara
Untuk mengetahui informasi yang ada di Masjid Besar Kauman Sragen ini, saya melakukan wawancara dengan seorang takmir masjid yang bernama Bapak Drs. Arkanuddin Masruri M.Ag. Beliau merupakan tokoh yang berperan dalam sejarah masjid Besar Kauman Sragen. Observasi dilakukan pada hari Minggu, 5 November 2017 pukul 08.30 WIB.

PEMBAHASAN

Sejarah Masjid Besar Kauman Sragen
Masjid Besar Kauman Sragen didirikan oleh seorang ulama dari Bojonegoro pada saat Kabupaten Sragen bernama bumi Sukowati. Ulama tersebut merupakan seorang saudagar yang kaya raya yang bernama K.H.Zaenal Mustopo. Pada awalnya K.H.Zaenal Mustopo datang ke Kasunanan Surakarta, kemudian Kyai tersebut diangkat sebagai penghulu agama oleh Sunan Paku Buwono IV.  Sebagai penghulu agama yang baru, K.H.Zaenal Mustopo ditugaskan untuk membina masyarakat didaerah Sukowati.
K.H.Zaenal Mustopo kemudian tinggal di sebuah daerah yang dinamakan sebagai Dukuh Kauman. Nama Kauman berasal dari bahasa Arab yaitu qoimmuddin yang berarti penegak agama. Sedangkan dalam bahasa Jawa diistilahkan menjadi kaum atau pakauman yang berarti sebagai tempat para kaum. Masjid Besar Kauman ini merupakan masjid tertua di Kabupaten Sragen, dan lokasinya berada dipusat kota Sragen yang berdekatan dengan Rumah Dinas Sragen dan Taman Krido Anggo.
Pada saat itu K.H.Zaenal Mustopo bersama keluarganya tinggal dan menetap di Dukuh Kauman sebagai utusan untuk menyebarkan agama islam di Sragen. Untuk menyebarkan Agama Islam itulah beliau mendirikan sebuah masjid, yang kemudian dinamakan sebagai Masjid Kauman. Karena Masjid ini terletak di wilayah kota yang kecil maka masjid ini diberi nama Masjid Jamik Kauman. Namun saat ini Masjid Jamik Kauman sudah berubah nama menjadi Masjid Besar Kauman Sragen. Tentang perubahan nama menjadi Masjid Besar Kauman Sragen ini belum diketahui sumber yang jelas mengenai kapan terjadinya perubahan nama tersebut.
Masjid Besar Kauman ini dibangun pada tahun 1825 M oleh K.H.Zaenal Mustopo, awalnya masjid ini hanya berupa surau biasa, tembok masjid berasal dari bambu yang biasa disebut dengan gedhek. Luas masjid awalnya kurang lebih 300 m² dengan luas tanah 515 m². Tata ruang bangunan masjid terdiri dari ruang masjid utama yang dilengkapi dengan mihrab, sebuah serambi yang masih berlantai tanah, dan tempat wudhu. Soko guru atau tiang yang berjumlah empat berasal dari tempat yang berbeda. Dua tiang berasal dari Demak, dan yang dua lagi berasal dari Tunoloyo suatu daerah di Surakarta yang saat ini dijadikan sebagai makam.
Masjid ini juga dilengkapi dengan fasilitas sumur, padasan, bedug, kentongan dan mimbar. Pada tahun 1970 M masjid ini diwakafkan dan menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen dan pada tahun inilah struktur bangunan masjid diperluas dengan digantikannya gedhek dengan tembok beton. Pada kedua sisi mihrab ditambahkan hiasan dinding berupa kaligrafi.

Proses Renovasi Masjid dari Tahun ke Tahun
Pada tahun 1995 ada renovasi sehingga terjadi penambahan ruang, yaitu di sisi kanan dan sisi kiri ruang utama. Sebelah kiri ruang utama sebagai pawastren ( ruang sholat untuk wanita ), sedangkan sisi kanan digunakan sebagai serambi, selain itu bagian depan ruang utama juga dibangun satu ruang untuk serambi utama dan ditambah dengan teras. Dan ruang masjid kemudian diperbaiki dengan lantai tegel. Tempat wudhu dibangun disisi kanan dan kiri masjid dengan kamar mandi keramik. Tempat wudhu pria terletak disebelah kanan masjid, sedangkan tempat wudhu wanita terletak disebelah kiri masjid dan berdekatan dengan pawastren.
Seiring dengan berjalannya waktu, pada tahun 2014 Masjid Kauman Sragen mengalami perbaikan atau renovasi secara total. Luasnya saat ini memiliki luas tanah 578 m² dengan luas bangunan masjid 400 m². Pada bagian atap masjid ditinggikan dengan menyambung Soko guru atau tiang dengan beton, namun tetap dipertahankan bentuk keasliannya. Disisi kiri masjid Kauman Sragen dibangun menara masjid. Biaya pembangunan masjid berasal dari Pemerintah Daerah, kas masjid serta sumbangan dari donatur.
Saat ada renovasi pada tahun 2014, terdapat penambahan beberapa bagian  masjid. Masjid dibangun berlantai dua, sehingga bagian ruang utama masjid terjadi penambahan ruangan dan tangga untuk menuju lantai dua. Tangga masjid berada disisi kiri yaitu dibagian serambi, yang kedua berada disisi kanan bagian pawastren atau tempat wanita. Tangga masjid ini berlapiskan marmer yang berwarna kecoklatan sedangkan pembatas tangga dibuat dari kayu jati yang di plitur dengan warna coklat.

Keunikan Arsitektur Bangunan Masjid
Masjid Besar Kauman Sragen termasuk dalam golongan masjid yang bercorak tradisional Jawa. Pada pintu gerbang Masjid bentuknya sangat sederhana, namun pintu gerbang ini terdiri dari tiga pintu. Satu pintu tengah berukuran besar sedangkan dua pintu disisi kanan dan kiri berukuran kecil. Satu pintu yang ukuran besar digunakan untuk jalur mobil atau kendaraan, sedangkan dua pintu kecil digunakan untuk pejalan kaki. Pintu gerbang ini berwarna putih dan memiliki ukiran-ukiran yang cukup unik karena dari bebatuan yang berbentuk bunga di bagian pojok bawah kanan dan kiri.
Selain itu terdapat umpak yang fungsinya sebagai penyangga tiang-tiang yang berdiri diatasnya, selain itu juga berfungsi sebagai pelindung dari kelembaban tanah dan gempa. Umpak yang digunakan pada masjid ini adalah umpak batu. Umpak persegi pada masjid ini berjumlah empat buah sesuai dengan jumlah soko guru atau tiang yang menyangga atap ruang utama. Umpak masjid ini belum mengalami perubahan, usia umpak sendiri sudah lebih dari lima puluh tahun. Umpak ini memiliki ukuran keliling 480 cm.
Pada ruang utama terdapat lima pintu, satu di samping kiri, satu disamping kanan, dan tiga di depan. Pada ruang utama Masjid Besar Kauman ini berbentuk bujur sangkar. Ruangan ini memiliki ukuran 13,9x15 meter, dengan dibatasi tembok pada keempat sisinya. Ruang utama ditopang dengan empat soko guru atau tiang yang berukuran cukup besar. Keempat tiang ini memiliki bentuk persegi, bagian atas umpak terdapat hiasan ukiran-ukiran dari kayu. Pada bagian puncak tiang terdapat ukiran yang berwarna biru. Masing-masing tiang tingginya 7 meter dan berdiameter 40cm.
Pada ruang utama Masjid Besar Kauman terdapat Mihrab yang berada didinding sebelah barat sebagai dinding kiblat dengan bingkai tegak lurus ke atas.  Pada bagian dalam mihrab di kedua sisinya terdapat jendela kaca dan ventilasi kecil yang berfungsi sebagai penerangan. Tinggi relung 5,5 meter dan lebarnya 3,32 meter. Selain itu terdapat mimbar yang berfungsi sebagai tempat untuk khatib ketika berkhutbah. Pada mimbar terdapat ukiran yang dicat dengan warna kuning. Mimbar ini terbuat dari kayu jati yang berwarna hijau dan memiliki ukiran-ukiran daun pada sisi depan dan sisi belakangnya. Ukuran mimbar yaitu 0,9 meter x 1,43 meter.
Pada serambi masjid Kauman Sragen ini biasanya digunakan untuk acara pengajian, maulid, manasik haji, dan shalat. Serambi tersebut terletak dibagian ruang utama yang berukuran 11,8 meter x 13,9 meter. Serambi ini dibangun tanpa dinding sebagai gantinya adalah dua tiang yang berbentuk persegi dengan lebar keliling 56,5 cm. Pada serambi ini dengan tegel keramik berukuran 40 x 40 cm. Serambi kedua berada disebelah utara ruang utama, serambi ini merupakan serambi tertutup karena terdapat tembok dan pintu dengan ukuran 3,5 x 13 m. Pada serambi ini terdapat rak buku bacaan agama Islam, meja dan rak tempat penyimpanan Al-Qur'an.
Tidak berbeda jauh dengan masjid-masjid kuno di Jawa, pada Masjid Kauman ini terdapat ruangan wanita atau pawastren. Ruangan ini bersatu dengan bangunan utama tetapi diberi batas tembok, tembok ini memiliki satu pintu dan satu jendela dua pintu yang cukup lebar. Fungsi pintu dan jendela yaitu untuk mengetahui gerakan imam atau khatib. Ruangan ini berukuran 3,5 meter x 15 meter dengan pintu masuk sebelah timur, dekat pintu masuk terdapat almari kaca yang cukup besar untuk menyimpan mukena.
Masjid Kauman Sragen ini memiliki atap bertumpang. Atap bertumpang adalah atap yang bentuknya bujur sangkar yang bertingkat-tingkat, semakin ke atas semakin kecil seperti piramid. Atap tumpang  masjid ini berjumlah tiga susun yang memiliki makna atau arti tersendiri yaitu simbol Iman, Islam, dan Ikhsan (Takwa). Sedangkan ujung tajuk berbentuk lancip yang berarti bahwa lancip yakni lambang keabdian Tuhan.
Tempat wudhu pada Masjid Kauman Sragen ini dibagi menjadi dua yaitu tempat wudhu pria dan tempat wudhu wanita. Pada awalnya hanya terdapat satu tempat wudhu saja, yang terletak di Utara yang sekarang menjadi tempat wudhu pria. Tempat wudhu pria terletak disebelah utara masjid, berdekatan dengan serambi kiri masjid. Sedangkan tempat wudhu wanita terletak di sebelah selatan masjid, berdekatan dengan ruang wanita atau pawastren.
Bangunan lain yang terdapat pada Masjid Kauman Sragen yaitu makam. Makam pada masjid Kauman Sragen ini terletak disebelah barat masjid. Diantara makam-makam tersebut ada tiga makam yang letaknya berada di dalam sebuah bangunan. Bangunan tersebut dibatasi dengan pagar besi dan atapnya menggunakan seng. Tiga makam tersebut merupakan makam dari pendiri masjid yaitu K.H.Zaenal Mustopo serta kedua istrinya.

Megenal Bedug dan Kentongan
Pada Masjid Kauman terdapat Bedug yang ukurannya cukup besar dan diperkirakan sudah berumur tua yang terletak di serambi bagian Utara. Posisinya digantung dengan sebuah kayu melintang yang disanggah dengan dua buah kayu yang cukup kuat. Bedug berbentuk silindris terbuat dari kayu jati bulat dengan dua membran pada kedua ujungnya yang terbuat dari kulit lembu. Diameter bedug  yaitu 0,7 meter dan tingginya 1,7 meter.
Pada sisi bedug yang terbuat dari kayu sudah sedikit lapuk karena usianya yang sudah tua. Warna bedug didominasi dengan warna hijau. Sedangkan kentongan berbentuk lonjong pada sisi tengahnya dilubangi untuk mengahasilkan suara. Pada sisi lubang kentongan bagian bawah sudah terlihat lapuk karena sudah ada bagian yang berlubang dan usianya yang sudah tua. Sedangkan tinggi kentongan 1,4 meter dan panjangnya 1,05 meter. Warna kentongan juga didominasi warna hijau.
Keunikan Ornamen Ukiran dan Indahnya Seni Kaligrafi
Ada beberapa keindahan seni ukir pada Masjid Kauman Sragen ini, yaitu terlihat pada soko guru atau tiang penyangga banguan utama. Pada soko guru ini terdapat tiga ukiran, yaitu ukiran tlacapan berupa deretan segitiga pada paling atas tiang, ukiran wajikan yaitu ukiran yang berbentuk belah ketupat dan dibagian tengahnya terdapat ukuran bunga dan daun, ukiran ini terletak dibagian tengah soko guru atau tiang, dan ada ukiran jenis praba yaitu ukiran berbentuk melengkung meninggi dengan berujung di tengah serta terdapat ukiran saton yang terletak di bagian atas dan bawah tiang.
Selain bentuk ukiran yang bermacam-macam, masjid Kauman Sragen juga memiliki seni kaligrafi yang ada pada Mirhab. Mirhab berbentuk persegi, kaligrafinya terdapat didalam mirhab dan didinding sisi kanan dan sisi kiri. Namun, pada akhir tahun 2014, mirhab masjid di renovasi menjadi bentuk persegi meninggi, sedangkan tulisan arabnya atau kaligrafinya dihilangkan.
Kegiatan Yang Diselenggarakan Masjid Kauman
Selain bentuk arsitektur bangunan yang memiliki kecirikhasan tersendiri, masjid Kauman Sragen juga memiliki kajian rutinan mulai pukul 06.30 WIB - 08.30 WIB. Jadwal kajian tersebut dibagi menjadi lima, pertama kajian pada Ahad Legi dengan materi fiqh dan sebagai pematerinya yaitu Kyai Riyadh Mushoffa dan Kyai Ahmad Mustaqim. Kedua, kajian pada Ahad Pon dengan materi pengajian umum dan sebagai pematerinya yaitu para Kyai, Asatidz, dan Habaib. Ketiga, kajian pada Ahad Kliwon dengan materi Hadist dan sebagai pematerinya yaiti K.H. Nur Amin dan Kyai Nur Muhammad. Keempat, kajian pada Ahad Pahing dengan materi tafsif dan sebagai pemateri yaitu K.H.Minanul 'Aziz dan K.H. Dahlan. Dan kelima, kajian pada Ahad Wage dengan materi Aswaja dan sebagai pematerinya yaitu K.H. Ma'sum Abi Darbak.
REFLEKSI

Masjid Besar Kauman Sragen merupakan masjid tertua di Kabupaten Sragen, sehingga keberadaannya dijadikan sebagai warisan budaya. Nilai kekunoan dari bangunan masjid Kauman Sragen ini dapat dilihat pada usianya, telah berusia lebih dari lima puluh tahun. Bangunan yang telah berusia lima puluh tahun yaitu Mirhab, Mimbar, Tempat wudhu, Bedug dan kentungan, Umpak, Tiang/soko guru, Atap Tumpang dan makam. Masjid Kauman ini menggunakan arsitektur bangunan tipe joglo jawa.
Masjid Besar Kauman Sragen merupakan bukti nyata dari peniggalan Kraton Kasunanaan Surakarta di Kabupaten Sragen. Bukti arkeologis tersebut pantas dijadikan sebagai situs warisan budaya. Oleh karena itu kita sebagai penerus budaya leluhur harus menjaga keberadaan Masjid Besar Kauman Sragen. Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah informasi pembaca tentang yang ada pada Masjid Besar Kauman Sragen.

 Lampiran Foto
hasil plagramme























Dilema Kaum Hawa Masa Kini

Menunggu yang Dicinta atau Mencari yang Pasti Saja? Bagi perempuan, cinta itu yang utama adalah kepastian. Kenapa demikian? Karena bagaimana...