Jumat, 23 Maret 2018

BERBAGI CERITA MENJADI SANTRI SATU HARI 24 JAM



NAMA           : DISTINA HIDAYATI
NIM                : 175231017
KELAS          : PERBANKAN SYARIAH 2A

BERBAGI CERITA MENJADI SANTRI  SATU HARI 24 JAM


Istilah pondok pesantren sendiri merupakan suatu lembaga atau tempat yang digunakan sebagai pendidikan Islam. Dimana di dalam pondok pesantren terdapat kyai, ustadz, dan juga para santriwan dan santriwati yang tinggal atau mondok bersama di dalam suatu asrama. Awal mulanya ketika saya yang belum pernah merasakan bagaimana kehidupan serta suasana yang ada di pondok pesantren, menjadikan saya seakan-akan merasa kurang mengetahui mengenai hal  yang ada di dalam pondok pesantren.
Sebagai mahasiswa, saya harus melaksanakan tugas sebagaimana mestinya. Hari-hari yang sudah dilalui, saya mulai mencari pondok pesantren yang berada di daerah Boyolali, tepatnya di daerah Kacangan, Andong, Boyolali. Nama pondok pesantren  tersebut yaitu pondok Darussalam.  Saya memilih pondok pesantren tersebut karena, dalam ketentuan tugas yang sudah di bagi, mendapat wilayah antara Boyolali dan Klaten. Saya menuju ke pondok pesantren Darussalam ini karena teman saya yang dulunya pernah mondok di daerah boyolali, tetapi bukan pondok Darussalam sehingga diapun mengetahui pondok-pondok yang ada di Boyolali. Dan menurut saya jarak pondok pesantren Darussalam tidak terlalu jauh, yaitu kurang lebih sekitar satu jam dari kampus IAIN Surakarta.
Saya mulai mencari pondok pesantren setelah selesai mata kuliah. Ketika dalam perjalanan dengan keadaan jalan yang sedikit membuat uji nyali itu dengan waktu kurang lebih satu jam. Keadaan jalan yang naik turun serta berlubang dengan samping kanan kiri terdapat tebing-tebing membuat saya merasa uji nyali. Setelah kurang lebih satu jam,  akhirnya sampai ke pondok pesantren Darussalam. Sesampainya di pondok pesantren, saya menemui lurah pondok atau bisa disebut sebagai pimpinan pondok. Sayapun mulai bernegoisasi bahwa akan mondok selama satu hari duapuluh empat jam.
Berhubung pengasuh pondok pesantren sedang ada kepentingan saat itu, tanggapan akan hal negosiasi kepada lurah tersebut masih menunggu kepada pengasuh pondok pesantren Darussalam. Dan dihari kemudian saya datang kembali untuk menanyakan bahwasannya akan mondok selama satu hari duapuluh empat jam. Alhasil pengasuh pondok pesantren Darussalam  mengizinkannya untuk mondok selama satu hari duapuluh empat jam.
Pondok pesantren Darussalam didirikan pada tahun seribu sembilanratus sembilan puluh tujuh oleh K.H M.Zaidun A.Q. Beliau mendirikan pondok pesantren Darussalam dengan alasan karena pada tahun seribu sembilanratus sembilan puluh banyak anak-anak yang mengaji di daerah Kacangan, Andong, Boyolali sehingga beliau memiliki inisiatif untuk mendirikan pondok tersebut. Lokasi pondok yang berada dekat dengan pemukiman warga serta daerah pasar, membuat orang tidak merasa asing tentang pondok Darussalam serta lokasinya yang berhadapan dengan yayasan pendidikan Islam El-Zahwa. 
Seiring berkembangnya waktu, keadaan pondok yang awalnya hanya mempunyai satu gedung, saat ini telah memiliki tiga gedung. Ketiga gedung tersebut yaitu pendopo yang biasanya digunakan untuk aktivitas mengaji, dan dua gedung lainnya yaitu gedung asrama putri dan juga gedung asrama putra. Jumlah santriwati pondok tersebut kurang lebih duaratus, sedangkan jumlah santriwan sebanyak kurang lebih seratus lima belas.
Didalam pondok Darussalam terdapat peraturan yang diantaranya yaitu mengenai kewajiban-kewajiban bagi santri pondok Darussalam yaitu:
1.  Semua santri harus taat dan menghormati Bapak Kyai atau Ibu Nyai sekeluarga dan Dewan Asatidz maupun Asatidzah
2. Semua santri wajib mengikuti kegiatan pondok
3. Semua santri wajib menjaga nama baik pondok, pengasuh dan Dewan Asatidz atau Asatidzah
4. Semua santri harus menjaga kebersihan, ketertiban, dan keamanan pondok
5. Semua santri harus meminta izin kepada Bapak Kyai atau Ibu Nyai bagi yang pulang, bepergian, kembali dan pindah pondok
6. Semua santri harus membayar syariyah tiap bulan menurut ketentuan yang berlaku
7. Semua santri harus mengikuti sholat berjamaah setiap waktunya
8. Semua santri wajib mengikuti mujahadah dan sholat malam
9. Semua santri wajib membayar administrasi fasilitas pondok yang telah ditentukan
10. Semua santri wajib berpakaian rapi di dalam maupun diluar pondok
11. Semua santri wajib mengikuti Program Kegiatan Mengajar (KBM)
Selain kewajiban-kewajiban yang harus ditaati oleh santri pondok Darussalam, terdapat larangan-larangan bagi santri, diantaranya yaitu semua santri dilarang melanggar syariat islam, dilarang mencemarkan nama baik pondok, pengasuh, dan juga Dewan Asatidz atau Asatidzah, dilarang mengambil atau memakai barang orang lain tanpa izin (Ghozob), dilarang bepergian tanpa izin, dilarang membawa barang berharga atau elektronik, dilarang merusak fasilitas pondok, dilarang membuang sampah sembarangan, dilarang membuat gaduh didalam maupin diluar pondok, dan semua santri dilarang melanggar kewajiban yang telah ditetapkan, apabila ada santri yang melanggar peraturan tersebut, akan dikenakan denda atau takziran yang telah ditentukan oleh pondok Darussalam.
Ketika tanda bel berbunyi "kringgg!!!" sebanyak tiga kali menunjukan pukul tiga sore, semua santri melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim untuk melaksanakan ibadah sholat ashar. Setelah sholat ashar, para santri putra maupun putri melaksanakan kegiatan mengaji. Pada kajian tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yatu binadzor dan Chufadz yang dibimbing oleh Ibuk Nyai, munjizatan, dan juga  juz amma yang dibimbing oleh ustadz dan ustadzah pondok Darussalam.
Kegiatan mengaji pada pondok Darussalam dibagi menjadi enam kelas. Setiap malam senin kelas satu belajar  tentang tauhid, kelas dua belajar  tentang Tajwid, kelas kelas tiga belajar tentang Tauhid, kelas empat belajar tentang Tarih, kelas lima belajar tentang Tajwid, dan kelas lima belajar tentang Ahlaq. Pada malam selasa kelas satu belajar tentang tajwid, kelas dua belajar tentang tarih, kelas tiga belajar tentang tarih, kelas empat belajar tentang nahwu, kelas lima belajar tentang tarih dan kelas enam belajar tentang Tauhid. Pada malam rabu kelas satu belajar tentang fiqih, kelas dua belajar tentang fiqih, kelas tiga belajar tentang nahwu, kelas empat belajar tentang ahlak, kelas lima belajar tentang fiqih, dan kelas enam belajar tentang tauhid.
Pada malam kamis kelas satu belajar tentang tarih, kelas dua belajar tentang nahwu, kelas tiga belajar tentang tajwid, kelas empat belajar tentang tauhid, kelas lima belajar tentang nahwu, dan kelas enam belajar tentang fiqih. Kegiatan mengaji pada malam jum'at dan dan malam minggu di pondok Darussalam libur. Pada malam sabtu kelas satu belajar tentang ahlaq, kelas dua belajar tentang tauhid, kelas tiga belajar tentang fiqih, kelas empat belajar tentang fiqih, kelas lima belajar tentang tauhid, dan kelas enam belajar tentang tajwid.
Ada beberapa kitab yang digunakan di pondok Darussalam, diantaranya yaitu :
A. Akhlak : ngudi susilo, alala, akhlaku libanin,
B. Tauhid : aqidatul awam, aqoidud diniyah, aqidatul islamiyah, jawahirul kalamiyah
C. Nahwu : tsimarul janiyah, jurumiyah, imrithi, alfiyyah
D. Tajwid : syifaul jinan, tuhfatul athfal, tanwirul qori', jazariyah
E. Fiqih : fasholatan, mabadi fiqih, fathul qorib
F. Tarikh : tarikh nabi saw., khulafaur rasyidin, khulasoh nurul yaqin
G. Shorof : qowaidus shorfiyyah
H. Imlak : pegon
Ketika waktu menunjukkan pukul tiga pagi, tanda bel berbunyi "kringgg!!!" membangunkan seluruh santri yang ada di pesantren Darussalam untuk melaksanakan sholat tahajud, setelah selesai sholat tahajud para santri sembari menunggu adzan sholat subuh , santri-santri membaca Al-Qur'an. Ketika waktu adzan sholat subuh sudah berkumandang, para santri melaksanakan ibadah sholat subuh secara berjamaah. Di dalam pondok Darussalam, sholat diwajibkan untuk berjamaah di mushollah pondok Darussalam. Setelah selesai sholat subuh, para santri membaca askar ( askar adalah doa pagi yang setiap hari di baca oleh para santri).
Setelah sholat subuh para santri bersiap untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar sampai jam 11.30, dan kemudian bersiap untuk ke mushollah untuk melaksanakan sholat zuhur berjamaah. Setalah sholat zuhur, mereka makan siang bersama-sama. Didalam pondok pesantren juga terdapat koperasi yang disedian untuk memenuhi kebutuhan para santri.
Lima belas  menit sebelum bel sholat ashar berbunyi, biasanya di gunakan santri untuk tidur atau hanya sekedar rebahan setelah seharian belajar. Setelah sholat ashar di lanjutkan para santri bersiap untuk melanjutkan belajar pelajaran pondok seperti tauhid, tajwid, ahlaq, nahwu, fiqih, dan Imlak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Selesainya mengaji itu para santri melanjutkan aktivitasnya masing-masing. Ada yang mengantri mandi, mencuci serta mengantri menyetrika. Ketika menyetrika ada ketentuan bahwa setiap satu menit senilai dengan seratus rupiah yang dibawah meja terdapat kotak untuk meletakkan uang tersebut.
Pukul 17.45 para santri harus bersiap-siap untuk ke mushollah untuk melaksanakan sholat magrib berjamaah. Selesainnya sholat magrib dilanjutkan dengan setoran hafalan surat. Sembari menunggu waktu adzan sholat isya' berkumandang, para santri membaca Al-Qur'an. Ketika waktu telah menunjukkan adzan sholat isya', maka para santri bersiap-siap melaksanakan sholat isya' berjamaah. Selesainya sholat berjamaah, dilanjutkan dengan kegiatan belajar tentang tauhid, tajwid, ahlaq, nahwu, fiqih, dan Imlak seperti waktu selesai sholat asar. Selesai belajar sekitar jam sembilan malam, kemudian segala kegiatan pondok berhenti dan digunakan untuk istirahat dan tidur untuk dapat  melaksanakan aktivitas esok hari.
Pesantren atau lebih tepatnya para santri adalah orang-orang luar biasa saya kira, karena mereka terbiasa hidup dalam aturan yang telah dibuat duapuluh empat jam untuknya. Sekolah bagi mereka adalah duapuluh empat jam, tidak hanya sekolah saat jam pelajaran berbagai mata pelajaran namun sepulang dari belajar mata pelajaran mereka kembali ke pondok untuk kemudian mendapatkan pelajaran tambahan kembali baik musrif/ah. Yang selalu memantau mereka.
Terbiasa bangun jam tiga  untuk melaksanakan sholat tahajud serta berbagai aktivitas ibadah yang sudah diagendakan oleh pondok pesantren. Qiyamullail berjamaah hingga mendengarkan ceramah setelah sholat subuh. Menyetor hafalan di sela-sela aktivitas di luar mata pelajaran dan berbagai kegiatan belajar lainnya di luar mata pelajaran, sekolah dan belajar bagi santri pesantren adalah duapuluh empat jam. Dengan berbagai hal baru yang mereka pelajari. Kedisiplinan dan juga aturan yang ketat sudah terkenal di pesantren. Bisa diperhatikan juga hal ini dari film dan novelnya A. Fuady, "Negeri Lima Menara" bagiamana kehidupan santri di pesantren. Kemandirian dan kedisiplinan tinggi akan mereka rasakan. Sanksi akan mereka dapatkan jika jelas melanggar aturan yang telah disepakati.
Mereka dididik dengan kesederhanaan kehidupan walaupun aslinya mungkin para santri adalah anak pejabat sekalipun, namun mengenai kehidupan di pesantren maka tiada pandang bulu dalam menerapkan kedisiplinan dan aturan bersama, tidur dan istirahat dengan fasilitas seadanya, kenyamanan tidur di kasur empuk di rumah orang tua telah mereka kesampingkan demi mendapatkan ilmu dari pada kiai dan ustadz.
Suasana di pesantren tentulah sangat mengasikkan, karena setiap hari mendapatkan wejangan ilmu dan nasehat dari kiai dan ustadz. Siraman  rohani selalu menghiasi qalbu santri.  Belajar duapuluh empat  jam tentulah bukan hal yang mudah, tapi tetap dijalani demi masa depan yang lebih cerah. Baik dari segi ilmu pengetahuan maupun ilmu agama. Meraih kesuksesan dunia dan akhirat. Dalam Agama islam mewajibkan menuntut ilmu bagi setiap muslim, jadi setiap muslim harus terus belajar kapanpun dan dimanapun serta tidak mengenal usia dalam belajar. Agama islam sendiri  juga tidak pernah mengajarkan kepada umatnya untuk menyerah dalam berbagai tantangan. Allah SWT juga tidak akan memberikan cobaan kepada umatnya melampaui kemampuannya.
Kehidupan di pesantren banyak mengajarkan saya sebagai orang awam mengerti akan kemandirian, kebersamaan, serta keikhlasan. Hal yang terpenting yaitu mengajarkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Berbicara kebersamaan, dipesantren kebersamaan antara santri yang satu dengan yang lainnya sangat kuat seakan – akan sudah menjadi keluarga yang selalu bersama. Saya ingat, ketika ada orang tua santri yang datang untuk mengunjungi anaknya, pasti wali santri membawa nasi untuk anaknya serta santri lainnya yang tinggal sekamar. Dari bungkusan nasi itulah kebersamaan santri terihat, sebelum makan bungkusan nasi itu digabung jadi satu sehingga bisa makan bersama – sama, ramai saling berebut nasi sudah menjadi hal biasa yang menjadikan sebuah kebersamaan semakin erat.
Berkaitannya sebagai mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri Islam, tak asing lagi apa itu pondok pesantren, serta dapat mengetahui akan suasana kehidupan yang ada di pesantren.  Sebagai seorang mahasiswa tidak hanya berteman  dilingkungan kampus saja tetapi, berinteraksi langsung dengan masyarakat. Selain itu sebagai mahasiswa dapat berperan aktif dalam berbagai kegiatan sehingga dapat menambah wawasan serta mampu menciptakan sikap sosial dan mampu akan menyikapi hal-hal yang ada dilingkungan disekitar. Dengan adanya kegiatan mondok selama satu hari dua puluh empat jam itu, saya berharap  kepada para santriwan santriwati pondok pesantren Darussalam untuk tetap istiqomah serta menjadi generasi islam yang bertaqwa dan berakhlak mulia yang terus mengamalkan segala hal yang sudah dipelajari kepada orang lain dan menyampaikan ilmunya.




LAMPIRAN
 




Rabu, 21 Maret 2018

PUDARNYA BUDAYA MEMBACA DAN MENULIS ANAK SEKOLAH





NAMA           : DISTINA HIDAYATI
NIM                :175231017
KELAS          : PERBANKAN SYARIAH 2A
Jumlah kata   :826

PUDARNYA BUDAYA MEMBACA DAN MENULIS ANAK SEKOLAH
Seiring dengan perkembangannya teknologi saat ini yang semakin pesat, telah membawa dampak yang luar biasa di kalangan masyarakat, terutama pada remaja. Adapun dampak negatif dan juga dampak positif mengenai kemajuan teknologi tersebut. Seperti yang kita jumpai pada kalangan anak sekolah maupun mahasiswa dalam menyelesaikan tugasnya. Sebagian dari mereka ada beberapa yang hanya mengandalkan internet saja dan tinggal mengcopy paste materi yang menjadikan tugas tersebut tanpa mengetahui ataupun juga membaca isi seluruhnya. Pada kenyataannya, anak-anak saat ini lebih menyukai hal-hal yang praktis dan cepat selesai.
Namun tidak semua anak sekolah ataupun mahasiswa yang bertindak seperti itu, hanya orang yang malas untuk berfikir saja yang melakukan hal tersebut. Membaca sendiri merupakan suatu hal atau kegiatan yang sederhana yang bisa dilakukan, tetapi manfaat yang dapat kita ambil dari membaca tersebut sangat luar biasa. Namun, seiring berjalannya waktu, membaca kini kian semakin memudar di kalangan anak sekolah maupun mahasiswa. Terkadang mereka lebih suka menonton drama korea, dari pada membaca buku pelajaran. Terkadang mereka juga tidur terlalu malam hanya untuk menonton film.
Seperti halnya juga yang pernah penulis lihat dalam suasana perpustakaan saat itu. Di dalam perpustakaan tersebut banyak orang yang berkunjung kesana. Di perpustakaan terdapat akses wifi gratis yang dapat menjadikan pengunjung lama disana. Banyak orang yang berkunjung ke perpustakaan untuk mencari referensi buku atau hanya sekedar berburu wifi. Ada juga yang meminjam buku diperpustakaan, tetapi buku tersebut tidak untuk dibaca, hanya dipinjam lalu dimasukkan ke dalam tas karena ada mata pelajaran yang disuruh mencari referensi hingga waktu pengembalian tiba.
Padahal budaya membaca itu sendiri merupakan hal yang sangat penting untuk mendapatkan berbagai ilmu, serta juga dapat menambah wawasan dalam diri kita. Sebagai generasi penerus bangsa, serta peran mahasiswa sebagai agent of change (agen perubahan), jika dalam hal membaca saja malas. Bagaimana menumbuhkan sikap kritis untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang sedang terjadi di lingkungan sekitar. Membaca sendiri dapat menambah wawasan, serta dapat menemukan ide-ide untuk berfikir secara kritis dalam menanggapi masalah yang ada.
Beberapa tahun yang lalu, mengingat akan hal kurangnya kesadaran dalam membaca menjadikan Bupati Sragen mengadakan budaya literasi yang saat itu dilaksanakan di sepanjang jalur jalan raya sampai dengan alun-alun Kota Sragen. Acara tersebut dilaksanakan oleh berbagai kalangan anak sekolah mulai dari SD sampai SMA dan juga didampingi oleh beberapa dari guru mereka. Mereka diminta membawa buku cerita seperti dongeng atau sejenis novel. Kemudian mereka melakukan kegiatan membaca buku yang telah dibawanya itu di sepanjang jalan dan kemudian disuruh menulis essai mengenai buku yang telah dibaca tersebut. Adapun yang tidak membawa buku diberi sanksi tersendiri.
Tujuan dari acara tersebut yaitu untuk menumbuhkan budaya membaca dikalangan anak sekolah, karena kurangnya kesadaran akan budaya membaca di kalangan anak sekolah. Waktu itu di beberapa sekolah-sekolah di Sragen, setiap pagi sebelum pelajaran dimulai, para siswa-siswi disuruh membaca buku non pelajaran selama lima belas menit yang bertujuan untuk menambah wawasan pengetahuan mereka selain tentang pelajaran.
Selain lunturnya budaya membaca, menulis juga merupakan suatu hal yang kurang diminati oleh seseorang. Menulis merupakan suatu hal atau cara seseorang dalam menuangkan ide-ide yang bisa disusun menjadi rangkaian kata atau tulisan yang indah yang sehingga enak untuk dibaca. Tetapi ada beberapa orang yang kurang  suka akan hal menulis, terkadang lebih suka mendengarkan daripada disuruh menulis. Menulis merupakan suatu hal untuk mengutarakan pendapat, jika seseorang malu atau tidak berani dalam mengungkapkan pendapat mengenai suatu hal.
Adapun orang menganggap bahwa menulis itu hanyalah bagi orang yang mampu merangkai serta menyusun kata-kata sehingga menjadi tulisan yang indah. Itu merupakan anggapan  yang salah, karena selagi seseorang mampu melakukan hal tersebut, tanpa adanya rasa malas akan mampu menjadikan hal yang sederhana yang memiliki berbagai manfaat untuk diri kita. Beberapa orang seakan-akan acuh atau tidak peduli akan pentingnya budaya membaca dan menulis. Dalam hal menulis dan membaca sebagian dari mereka beralasan malas serta dapat menghabiskan waktu, terkadang mereka lebih memilih hal yang bersifat praktis.
                Anak-anak saat ini, terutama para remaja lebih suka bermain sosial media seperti instagram, facebook, twitter, dan lain-lain hanya sebagai ajang mengikuti trend atau kekinian, terkadang ada juga orang yang tidak mengikuti trend bisa dibilang kurang update. Adapun anggapan bahwa orang yang sering membaca buku dikatakan sebagai kutu buku, entah itu istilah muncul dari mana. Jika hal tersebut terus menerus dibiarkan terjadi, maka akan membawa dampak serta dapat merugikan diri sendiri.
            Mengingat hal tersebut, kesadaran dalam budaya membaca dan menulis sendiri seakan-akan terabaikan. Sebenarnya seseorang dalam memanfaatkan teknologi itu sendiri tidak hanya dalam bersosial media, melainkan menggunakannya dalam hal yang bermanfaat. Sebenarnya dalam bersosial media tidak hanya mengunggah foto-foto kekinian, melainkan juga dapat sebagai sarana untuk memposting hal-hal positif seperti kata-kata mutiara.
Selain itu juga ada blog yang bisa digunakan sebagai sarana untuk menulis dan memposting informasi-informasi yang bemanfaat bagi pembaca. Dengan menulis diblog mengenai hal-hal sederhana dapat menjadikan kebiasaan menulis, serta dapat menuangkan ide-ide kreatif melalui kata-kata. Membaca dan menulis sendiri merupakan hal yang sederhana. Namun, pada kenyataannya menulis dan membaca memiliki manfaat yang sangat menguntungkan bagi diri sendiri.

Dilema Kaum Hawa Masa Kini

Menunggu yang Dicinta atau Mencari yang Pasti Saja? Bagi perempuan, cinta itu yang utama adalah kepastian. Kenapa demikian? Karena bagaimana...