NAMA :
DISTINA HIDAYATI
NIM :175231017
KELAS :
PERBANKAN SYARIAH 2A
Jumlah kata :826
PUDARNYA BUDAYA
MEMBACA DAN MENULIS ANAK SEKOLAH
Seiring dengan perkembangannya teknologi saat ini
yang semakin pesat, telah membawa dampak yang luar biasa di kalangan
masyarakat, terutama pada remaja. Adapun dampak negatif dan juga dampak positif
mengenai kemajuan teknologi tersebut.
Seperti yang kita jumpai pada kalangan anak sekolah maupun mahasiswa dalam
menyelesaikan tugasnya. Sebagian dari mereka ada beberapa yang hanya
mengandalkan internet saja dan tinggal mengcopy paste materi yang menjadikan
tugas tersebut tanpa mengetahui ataupun juga membaca isi seluruhnya. Pada
kenyataannya, anak-anak saat ini lebih menyukai hal-hal yang praktis dan cepat
selesai.
Namun tidak
semua anak sekolah ataupun mahasiswa yang bertindak seperti itu, hanya orang
yang malas untuk berfikir saja yang melakukan hal tersebut. Membaca sendiri
merupakan suatu hal atau kegiatan yang sederhana yang bisa dilakukan, tetapi
manfaat yang dapat kita ambil dari membaca tersebut sangat luar biasa. Namun,
seiring berjalannya waktu, membaca kini kian semakin memudar di kalangan anak sekolah
maupun mahasiswa. Terkadang mereka lebih
suka menonton drama korea, dari pada membaca buku pelajaran. Terkadang mereka juga tidur terlalu malam
hanya untuk menonton film.
Seperti halnya juga yang pernah penulis lihat dalam suasana
perpustakaan saat itu.
Di dalam perpustakaan tersebut banyak orang yang
berkunjung kesana. Di perpustakaan terdapat akses wifi gratis yang dapat
menjadikan pengunjung lama
disana. Banyak orang yang berkunjung
ke perpustakaan untuk mencari referensi buku atau hanya sekedar berburu wifi.
Ada juga yang meminjam buku diperpustakaan,
tetapi buku tersebut tidak untuk dibaca,
hanya dipinjam lalu dimasukkan ke dalam tas
karena ada mata pelajaran yang disuruh mencari referensi hingga waktu pengembalian tiba.
Padahal budaya membaca itu sendiri merupakan hal
yang sangat penting untuk mendapatkan berbagai ilmu, serta juga dapat
menambah wawasan dalam diri kita. Sebagai generasi penerus bangsa, serta
peran mahasiswa sebagai agent of change (agen perubahan), jika
dalam hal membaca saja malas. Bagaimana menumbuhkan sikap kritis untuk dapat
memecahkan masalah-masalah yang sedang terjadi di lingkungan sekitar. Membaca
sendiri dapat menambah wawasan,
serta dapat menemukan ide-ide untuk berfikir secara kritis dalam menanggapi
masalah yang ada.
Beberapa tahun yang lalu, mengingat akan hal
kurangnya kesadaran dalam membaca menjadikan Bupati Sragen mengadakan budaya
literasi yang saat itu dilaksanakan di sepanjang jalur jalan raya sampai dengan
alun-alun Kota
Sragen. Acara tersebut dilaksanakan
oleh berbagai kalangan anak sekolah mulai dari SD sampai SMA dan juga
didampingi oleh beberapa dari guru mereka. Mereka diminta membawa buku cerita
seperti dongeng atau sejenis novel. Kemudian
mereka melakukan
kegiatan membaca buku yang telah dibawanya itu di sepanjang jalan dan kemudian disuruh
menulis essai mengenai buku yang telah dibaca tersebut. Adapun yang tidak membawa buku diberi
sanksi tersendiri.
Tujuan dari acara tersebut yaitu untuk menumbuhkan
budaya membaca dikalangan anak sekolah,
karena kurangnya kesadaran akan budaya membaca
di kalangan anak sekolah. Waktu itu di beberapa sekolah-sekolah di Sragen,
setiap pagi sebelum pelajaran dimulai, para siswa-siswi disuruh membaca buku
non pelajaran selama lima belas menit yang bertujuan untuk menambah wawasan
pengetahuan mereka selain tentang pelajaran.
Selain lunturnya budaya membaca, menulis juga
merupakan suatu hal yang kurang diminati oleh seseorang. Menulis merupakan
suatu hal atau cara seseorang dalam menuangkan ide-ide yang bisa disusun
menjadi rangkaian kata atau tulisan yang indah yang sehingga enak untuk dibaca.
Tetapi ada beberapa orang yang kurang
suka akan hal menulis, terkadang lebih suka mendengarkan daripada
disuruh menulis. Menulis merupakan suatu hal untuk mengutarakan pendapat, jika seseorang malu
atau tidak berani dalam mengungkapkan pendapat mengenai suatu hal.
Adapun orang menganggap bahwa menulis itu hanyalah
bagi orang yang mampu merangkai serta menyusun kata-kata sehingga menjadi
tulisan yang indah. Itu merupakan anggapan
yang salah, karena selagi seseorang mampu melakukan hal tersebut, tanpa
adanya rasa malas akan mampu menjadikan hal yang sederhana yang memiliki
berbagai manfaat untuk diri kita.
Beberapa orang seakan-akan acuh atau tidak peduli akan pentingnya budaya
membaca dan menulis. Dalam hal menulis dan membaca sebagian dari mereka
beralasan malas serta dapat menghabiskan waktu, terkadang mereka lebih memilih
hal yang bersifat praktis.
Anak-anak saat ini, terutama para remaja lebih suka
bermain sosial media seperti instagram, facebook, twitter, dan lain-lain hanya
sebagai ajang mengikuti trend atau kekinian, terkadang ada juga orang
yang tidak mengikuti trend bisa dibilang kurang update. Adapun
anggapan bahwa orang yang sering membaca buku dikatakan sebagai kutu buku,
entah itu istilah muncul dari mana. Jika hal tersebut terus menerus dibiarkan
terjadi, maka akan membawa dampak serta dapat merugikan diri sendiri.
Mengingat
hal tersebut, kesadaran dalam budaya membaca dan menulis sendiri seakan-akan
terabaikan. Sebenarnya seseorang dalam memanfaatkan teknologi itu sendiri tidak
hanya dalam bersosial media, melainkan menggunakannya dalam hal yang
bermanfaat. Sebenarnya dalam bersosial media tidak hanya mengunggah foto-foto
kekinian, melainkan juga dapat sebagai sarana untuk memposting hal-hal positif
seperti kata-kata mutiara.
Selain itu juga ada blog yang bisa digunakan sebagai
sarana untuk menulis dan memposting informasi-informasi yang bemanfaat bagi
pembaca. Dengan menulis diblog mengenai hal-hal sederhana dapat menjadikan
kebiasaan menulis, serta dapat menuangkan ide-ide kreatif melalui kata-kata.
Membaca dan menulis sendiri merupakan hal yang sederhana. Namun, pada
kenyataannya menulis dan membaca memiliki manfaat yang sangat menguntungkan
bagi diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar